Thursday, August 16, 2012

Sabar: Keajaiban Seorang Mukmin

dakwatuna.com - Dari Suhaib r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)

Sekilas Tentang Hadits :
Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh:

· Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.

· Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412.

· Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.

Makna Hadits Secara Umum

Setiap mukmin digambarkan oleh Rasulullah saw. sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’. Pesona berpangkal dari adanya positif thinking seorang mukmin. Ketika mendapatkan kebaikan, ia refleksikan dalam bentuk syukur terhadap Allah swt. Karena ia paham, hal tersebut merupakan anugerah Allah. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya. Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, ia akan bersabar. Karena ia yakin, hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang ada rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah swt.

Urgensi Kesabaran

Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran setengah keimanan. Sabar memiliki kaitan erat dengan keimanan: seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itu, Rasulullah saw. menggambarkan ciri dan keutamaan orang beriman sebagaimana hadits di atas.

Makna Sabar

Sabar merupakan istilah dari bahasa Arab dan sudah menjadi istilah bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “shabara”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran“. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28)

Perintah bersabar pada ayat di atas adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rabnya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah swt.

Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam Al-Khawas, “Sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidakmampuan. Rasulullah saw. memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang).”

Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri, terdapat 103 kali disebut dalam Al-Qur’an, baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah swt.

1. Sabar merupakan perintah Allah. “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153). Ayat-ayat yang serupa Ali Imran: 200, An-Nahl: 127, Al-Anfal: 46, Yunus: 109, Hud: 115.

2. Larangan isti’jal (tergesa-gesa). “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…” (Al-Ahqaf: 35)

3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar: “…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Al-Baqarah: 177)

4. Allah akan mencintai orang-orang yang sabar. “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)

5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. “Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 46)

6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. (Ar-Ra’d: 23 – 24)

Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits

Sebagaimana dalam Al-Qur’an, dalam hadits banyak sekali sabda Rasulullah yang menggambarkan kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar:

1. Kesabaran merupakan “dhiya’ ” (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah mengungkapkan, “…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim)

2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah pernah menggambarkan: “…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari)

3. Kesabaran merupakan anugerah Allah yang paling baik. Rasulullah mengatakan, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)

4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mukmin, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR. Muslim)

5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya’.” (HR. Bukhari)

6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas’ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas’ud berkata”Seakan-akan aku memandang Rasulullah saw. menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari)

7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari)

8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullan saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)

9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah saw. mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim)

Bentuk-Bentuk Kesabaran

Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga:

1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.

2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, dan memandang sesuatu yang haram.

3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta dan kehilangan orang yang dicintai.

Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran

Ketidaksabaran (baca; isti’jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang harus diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif pada amal. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan melaksanakan ibadah. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat guna meningkatkan kesabaran. Di antaranya:

1. Mengikhlaskan niat kepada Allah swt.

2. Memperbanyak tilawah (membaca) Al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan.

3. Memperbanyak puasa sunnah. Puasa merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.

4. Mujahadatun nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat untuk mengalahkan nafsu yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, dan kikir.

5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna.

6. Perlu mengadakan latihan-latihan sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi, misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah.

7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya.


Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/sabar-keajaiban-seorang-mukmin/

Monday, August 13, 2012

hadist: jika bahagia,bersyukur dan jika musibah, bersabar krn hal tsb terbaik bagi dirinya.

Dari Suhaib r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)

Thursday, August 9, 2012

Hukum Mencabut Atau Mencukur Bulu Alis,tatto Bagi Kaum Wanita

Alhamdiulillah, menggunting bulu alis atau merapikannya dengan mencukur bagian-bagian tertentu untuk memperindah alis mata seperti yang dilakukan sebagian kaum wanita hukumnya haram. Karena hal itu termasuk mengubah ciptaan Allah dan mengikuti setan yang selalu memperdaya manusia supaya mengubah ciptaan Allah. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka, yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan:"Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk

saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merobah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merobahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata." (QS. 4:116-119)

Diriwayatkan dalam Kitab Ash-Shahih (Al-Bukhari dan Muslim) dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu bahwa ia berkata: "Semoga Allah melaknat wanita-wanita yang mentatto dirinya atau meminta ditattokan, yang mencukur bulu alisnya atau meminta dicukurkan, yang mengikir giginya supaya kelihatan indah dan mengubah ciptaan Allah." Kemudian beliau berkata: "Mengapa aku tidak melaknat orang-orang yang telah dilaknat oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam Kitabullah, yakni firman Allah:

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (QS. 59:7)

Wednesday, August 8, 2012

Ciri-ciri Orang Ikhlas

 

DALAM surah Al-An'am (6: 162-163) Allah SWT berfirman, "Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)."
Ikhlas adalah melakukan amalan-amalan semata-mata mencari keridaan Allah SWT. Amalan-amalan tersebut tanpa dicampuri dengan keinginan dunia, keuntungan, pangkat, harta, kemasyhuran, kedudukan tinggi, meminta pujian, menuruti hawa nafsu, dan lainnya.
Setiap amal saleh mempunyai dua syarat agar diterima di sisi Allah. Pengertiannya, Allah tidak menerima amalan seseorang hamba, melainkan jika memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan mutaba'atur-rasul (mengikuti sunah Rasulullah SAW).
Bila syarat yang pertama terpenuhi (ikhlas), maka tercapailah kesahihan batin. Dan, bila syarat yang kedua terpenuhi, maka tercapailah kesahihan lahir.
Berkenaan dengan syarat yang pertama, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung pada niat dan sesungguhnya seseorang akan mendapatkan apa yang diniatkannya ." (HR Bukhari dan Muslim)
Adapun yang berkenaan dengan syarat kedua, yaitu mengikuti sunah Rasulullah, maka beliau telah bersabda, "Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami yang bukan dari kami, maka dia tertolak." (HR Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat Muslim disebutkan, "Barang siapa yang melakukan suatu amal yang tidak sesuai dengan urusan kami, maka dia tertolak."
Allah telah banyak menyebutkan kedua syarat tersebut dalam Alquran. Diantaranya firman-Nya dalam surah Luqman (31: 22), `'Dan barang siapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kukuh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan."
Adapun sikap berserah diri kepada Allah adalah mengikhlaskan niat dan beramal karena-Nya. Sedangkan berbuat kebaikan adalah mengikuti sunah Rasulullah SAW. Allah berfirman, "(Dialah) Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun." (QS 67:2)
Ikhlas mempunyai banyak tanda dan ciri-ciri. Diantara tanda-tanda tersebut adalah: Pertama, orang yang ikhlas bercirikan takut akan kemasyhuran dan sanjungan yang dapat membawa fitnah kepada diri sendiri dan agamanya.
Pun jika ia seorang yang mampu, maka hendaknya ia meyakini bahwa Allah menerima sesuatu berdasarkan batin, bukannya zahir. Karena, bila seseorang merasa memiliki kemasyhuran di seluruh penjuru dunia sekalipun, sedangkan niatnya barcampur-baur, maka kemasyhurannya itu tidak akan memberi manfaat apapun kepadanya.
Kedua, orang yang ikhlas senantiasa menganggap dirinya hina di hadapan Allah SWT. Hatinya tidak boleh dimasuki oleh sifat takabur dan takjub terhadap diri sendiri. Bahkan, ia senantiasa merasa takut kalu-kalu dosanya tidak diampuni oleh Allah atau kebaikannya tidak diterima oleh-Nya.
Ketiga, orang yang ikhlas lebih menyukai melakukan amal kebaikan secara sembunyi-sembunyi daripada amalan yang dipenuhi dengan iklan dan irama kemasyhuran.
Keempat, orang yang ikhlas tidaklah bekerja semata-mata untuk mencari keuntungan atau mencapai kemenangan saja. Ia melakukannya semata-mata karena mencari keridaan Allah dan mematuhi perintah-Nya.
Kelima, orang yang ikhlas senantiasa merasa gembira dengan adanya orang-orang yang mempunyai kemampuan melebihi dirinya. Ia mampu berbagi amal dan memberi peluang kepada siapa saja yang 
mampu untuk menggantikan posisinya tanpa merasa berat hati atau berusaha menjegal dan menghalangnya, atau menghina dan marah kepadanya.
Bahkan, kita melihat orang yang ikhlas itu, apabila melihat orang yang lebih baik darinya dalam memikul tugas, maka ia mau mengundurkan diri dalam keadaan ridha. Ia akan mengutamakan orang tersebut dari pada dirinya dalam keadaan taat dan bahagia. (tribunews)
 

Tuesday, August 7, 2012

Tak Ada Kompromi Buat Dengki

“Hindarilah sifat dengki karena ia akan memakan amalan kamu sebagaimana api memakan kayu yang kering.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa indahnya hidup yang Allah anugerahkan buat hamba-hambaNya yang beriman. Karena, tak satu gerak hati dan fisik pun yang berujung sia-sia. Semuanya bermakna.

Sungguh rugi mereka yang tak mampu memaknai indahnya hidup dalam persaudaraan iman. Ada kebencian dalam hati. Ada permusuhan dalam diri. Dan ada dengki yang tiba-tiba mendominasi.

Ada pembangkangan di balik dengki

Sekilas, dengki menunjukkan ketidakberesan antara seseorang dengan orang-orang tertentu. Kesan itu sedemikian kuat tertutama dari para pelaku dengki. Bahkan mungkin ia pun tak sadar kalau dirinya sedang dengki. Padahal, dengki bukan cuma urusan antar manusia. Melainkan juga dengan Allah swt.

Inilah yang tidak disadarai para pendengki. Tanpa sadar, orang yang dengki sebenarnya sedang menghujat sebuah kebijakan Yang Maha Bijaksana. Ia tidak puas dengan turunnya nikmat Allah kepada orang tertentu. Seolah ia ingin mengajukan protes kepada Allah swt., “Kenapa mesti dia yang dapat nikmat. Bukan saya!”

Rasulullah saw. menggambarkan hal itu dalam sebuah hadits. “Sesungguhnya pada nikmat Allah Ta’ala itu terdapat musuh-musuh. Baginda ditanya, “Siapakah musuh-musuh itu, ya Rasulullah?” Baginda menjawab, “Mereka ialah orang-orang yang dengki terhadap orang lain atas anugerah yang diberikan oleh Allah.”

Jadi, seorang yang sedang dengki sebenarnya bukan sekadar melakukan kesalahan terhadap rekan, saudara, atau siapa pun yang ia kenal. Saat dengki itu mulai berkobar, ia sebenarnya sedang melakukan pembangkangan terhadap kebijakan Allah swt.

Ada risau yang tak putus bersama dengki

Salah satu kunci bahagia sebuah kehidupan adalah lahirnya ketenangan dalam hati. Ketenangan inilah yang menjadikan aliran darah normal. Jantung tidak memompa secara mendadak. Dari situ, pikiran terasa segar, fisik tak lagi sibuk melawan bermacam penyakit. Dan inilah ciri khas pribadi seorang mukmin. “(yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS. Ar-Ra'd: (13) 28]

Namun, ketika dengki menelusup ke hati, suasana menjadi lain. Ada hembusan panas yang tiba-tiba mengepung hati. Seorang ulama hadits seperti Abu Laits pernah mengatakan, “Tiada sesuatu yang lebih jahat daripada dengki. Seorang pendengki akan terkena lima bencana sebelum dengkinya berhasil, yaitu risau hati yang tak putus-putus, musibah yang tidak berpahala, tercela yang tidak baik, dan murka Allah swt.”

Seorang hamba Allah, sebenarnya sudah teramat sibuk dengan urusan pribadinya. Bisa urusan keimanan, kesehatan, pendidikan, ekonomi, dakwah, keluarga, dan umat. Semua urusan itu silih berganti menguras perhatian dan kesibukannya. Bayangkan, jika urusan pribadi itu ditambah dengan dengki. Terlebih jika dengki yang lahir tidak pada satu orang. Tapi pada beberapa orang. Tentu akan ada beban yang teramat berat buat pikiran dan emosi pendengki. Dan beban itu akan menumpukkan kegelisahan yang tak pernah habis.

Ada kesia-siaan setelah dengki

Setiap hamba Allah menginginkan semua amalnya bernilai tinggi. Ada tabungan pahala buat hari pembalasan. Tapi tak semua hamba Allah menyadari kalau suatu saat amalnya berkurang drastis dengan satu sebab. Dan sebab itu adalah kesibukan dengki yang tak pernah usai.

Rasulullah saw. mengingatkan hal ini dalam haditsnya. “Hindarilah sifat dengki kerana ia akan memakan amalan kamu sebagaimana api memakan kayu yang kering.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada kesia-siaan yang didapat dari pendengki. Tanpa sadar, amalnya terus berkurang dan berkurang sejalan dengan kedengkiannya. Pengorbanannya dalam jalan dakwah menjadi tak berarti. Susah payah ibadahnya menjadi tak berpahala. Nau’dzubillah.

Ada hawa permusuhan dalam dengki

Ada ciri khusus seorang mukmin dalam interaksinya dengan sesama mukmin. Itulah yang digambarkan Rasulullah saw. dalam sebuah hadits. Beliau saw. bersabda, “Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia mencintai segala sesuatu bagi saudaranya yang dia cintai bagi dirinya.” (HR. Al-Bukhari)

Kadang, ciri tersebut hilang bersamaan dengan munculnya dengki. Ia tak lagi sadar bahwa seorang mukmin punya ciri cinta. Kurang dari itu, ia tak lagi pantas menyandang posisi istimewa sebagai orang yang beriman.

Dengki bukan hanya melepas jalinan cinta antara sesama mukmin. Lebih dari itu. Dengki memunculkan hawa permusuhan. Ada jarak batin ketika dua hamba Allah yang dijangkiti dengki itu bertemu. Tatapan menjadi penelusuran sebuah kecurigaan. Dan senyum menjadi basa-basi hambar.

Bahkan, panasnya permusuhan sudah sangat terasa hanya karena nama orang yang didengki disebut orang. Terlebih ketika penyebutan berkenaan dengan keistimewaan atau kemuliaan. Dengki langsung menggiring hati dan pikiran secara optimal mengolah reaksi. Saat itu, tak ada setitik kebaikan pun terlihat dari kacamata dengki. Semuanya buruk.

Alangkah indahnya hidup tanpa dengki. Siang menggairahkan fisik untuk giat berkarya. Dan malam menenteramkan hati untuk lelap beristirahat. Sungguh indah nasihat Rasulullah saw. buat generasi penerusnya. “Janganlah kalian saling mendengki, saling menfitnah (untuk suatu persaingan yang tidak sehat), saling membenci, saling memusuhi dan jangan pula saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslimnya yang lain, ia tidak menzhaliminya, tidak mempermalukannya, tidak mendustakannya, dan tidak pula melecehkannya. Takwa tempatnya adalah di sini –seraya Nabi saw. menunjuk ke dadanya tiga kali.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah r.a.)


Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/tak-ada-kompromi-buat-dengki/

Monday, August 6, 2012

Hadits Puasa Daud Dan Puasa Senin Kamis

Hadits asal usul puasa Daud yang diriwayatkan oleh beberapa ahli hadits diantaranya oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa'i, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad .

Diantara redaksi hadits Puasa Daud yang sangat terkenal seperti berikut dalam Shahih Bukhori :

'Abdullah bin 'Amru radliallahu 'anhuma (berkata,); Telah sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berita tentang aku bahwa aku akan terus berpuasa dan shalat malam. Aku tak ingat lagi, apakah kemudian beliau mengutus utusan atau aku menemui beliau, dan Beliau berkata: "Apakah benar kabar bahwa kamu akan berpuasa tidak akan berbuka dan shalat malam (tanpa tidur)? Puasa dan berbukalah, shalat dan juga tidurlah. Karena bagi matamu ada bagian hak atasmu dan bagi dirimu dan keluargamu ada bagian hak atasmu". 'Abdullah bin 'Amru radliallahu 'anhuma berkata: "Sungguh aku lebih kuat dari (amal amal) itu". Beliau berkata: "Kalau begitu puasalah dengan puasanya Nabi Daud Alaihissalam". Dia bertanya: "Bagaimana caranya". Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menawab: "Nabi Daud 'Alaihissalam berpuasa sehari dan berbuka sehari sehingga dia tidak akan kabur ketika berjumpa dengan musuh."

"Puasa yang paling Allah cintai adalah puasa Nabi Daud 'Alaihissalam, yaitu dia berpuasa satu hari dan berbuka satu hari dan shalat yang paling Allah sukai adalah shalatnya Nabi Daud 'Alaihissalam pula,yaitu dia tidur hingga pertengahan malam lalu bangun mendirikan shalat pada sepertiga malam dan tidur lagi di akhir seperenam malamnya

Hadits Riwayat Imam Tirmidzi mengenai Puasa Senin Kamis :
Rosululloh SAW bersabda : "Pada hari senin dan kamis semua amalan dinaikkan kepada Allah ta'ala. Maka saya lebih suka amalanku dinaikkan kepada-Nya ketika saya sedang berpuasa".

Hadits Riwayat Sunan Nasa'i mengenai Puasa Senin Kamis :
Dari Aisyah ia berkata, Rosululloh SAW memilih berpuasa hari senin dan hari kamis.

Hadits dalam Musnad Ahmad mengenai Puasa Senin Kamis :
Dari Usamah sesungguhnya Rosululloh SAW berpuasa senin dan kamis.

Sunan Darimi mengenai Puasa Senin Kamis :
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW dahulu berpuasa senin dan kamis, maka akupun menanyakan kepada beliau, beliau lalu menjawab, "Sesungguhnya amalan ditampakkan (dilaporkan) pada hari senin dan kamis.

sumber : http://www.saumdawud.net/2011/07/hadits-puasa-daud-dan-puasa-senin-kamis.html

Saturday, August 4, 2012

Doa orang yang menderita kesedihan mendalam


Kehidupan di dunia merupakan permainan dan senda gurau. Ada kalanya menang ada kalanya kalah. Susah dan senang silih berganti. Senangnya merupakan kesenangan yang menipu, sedihnya merupakan kesengsaraan sementara. Itulah dinamika kehidupan di alam fana. Sungguh berbeda dengan kehidupan sejati dan abadi di akhirat kelak nanti. Barangsiapa senang, maka ia akan selamanya senang (Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan ini). Barangsiapa menderita, maka ia akan menderita selamanya (wa na’udzu billahi min dzalika).

Orang beriman yang benar-benar memahami hakikat kehidupan di dunia tidak akan pernah membiarkan dirinya tenggelam dalam kesenangan sehingga membuat lupa diri. Demikian pula saat mengalami kesedihan, maka ia tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam keputus-asaan.



Di antara ciri khas orang beriman ialah saat ia dirundung malang, maka ia segera kembali kepada Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Allah Subhaanahu wa ta’aala. Ia segera mengingatNya (dzikrullah) dan memanggil-Nya. Sebab ia tahu bahwa hanya dengan mengingat dan memanggil Allah sajalah hati akan memperoleh ketenteraman. Tidak ada tempat lain yang patut dijadikan muara pengaduan selain kepada Rabb, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa kehidupan ini.

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

”Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’du ayat 28)

Setiap orang pasti pernah mengalami kondisi hidup yang mendatangkan kesedihan. Bahkan kadangkala bila ujian hidup terasa begitu berat ia menjadi penderitaan yang menimbulkan kesedihan sangat mendalam. Barangkali ada yang anaknya -buah hatinya- baru saja berpulang ke Rahmatullah. Atau barangkali seseorang baru saja bercerai dengan pasangan hidupnya. Atau barangkali baru dapat vonis dokter kalau dirinya mengidap penyakit berat. Atau barangkali anak pertamanya lahir dengan ketidak-sempurnaan fisik alias cacat permanen. Apapun keadaannya, yang jelas semua itu merupakan ujian Allah bagi orang beriman. Bila ia lulus menghadapinya, maka derajat imannya akan naik di sisi Allah.



Alhamdulillah kita punya Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam yang memberikan tuntunan bagaimana seharusnya kita selaku orang beriman berrespon terhadap keadaan sulit dalam hidup di dunia fana ini. Beliau mengajarkan sebuah do’a bagi siapapun yang menderita kesedihan mendalam.

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Doa orang yang sedang menderita (kesedihan yang mendalam) ialah:


“Ya Allah, RahmatMu aku harapkan, janganlah Engkau serahkan segala urusanku kepada diriku sendiri walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau.” (HR Abu Dawud)

Dari do’a ini sekurangnya ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik:

Pertama, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengarahkan orang yang menderita kesedihan mendalam agar hanya dan hanya mengharapkan rahmat (kasih-sayang) Allah. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan ummatnya agar senantiasa kembali kepada Allah sebelum segala sesuatunya. Sebab betapapun keadaan sulit yang dihadapi seseorang, namun jika dirinya masih dirahmati Allah berarti ia masih dikategorikan sebagai orang yang beruntung. Alangkah ruginya seseorang yang berhasil meraih berbagai kesuksesan duniawi namun dirinya jauh dari rahmat (kasih-sayang) Allah. Alangkah tertipunya orang yang berhasil mendapat simpati bahkan pujian manusia banyak namun Allah tidak mencurahkan rahmat-Nya kepada dirinya.


Kedua, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan kita untuk selalu bertawakkal hanya kepada Allah semata dalam semua urusan dan situasi kehidupan. Jangan hendaknya seseorang menyerahkan urusan dan persoalan hidupnya kepada dirinya sendiri atau kepada manusia lain. Sebab tidak ada manusia yang menguasai taqdir hidup dirinya sendiri apalagi orang lain. Allah sajalah Yang Maha Kuasa untuk mengubah hidup kita dari suatu keadaan kepada keadaan lainnya. Allah sajalah Yang Maha Kuasa untuk mengubah taqdir seseorang. Oleh karenanya kita disuruh berdo’a kepada Allah. Jika do’a kita diperkenankan oleh Allah, maka sangat mungkin taqdir kita berubah. Mohonlah kepada Allah agar segala urusan kita diperbaiki-Nya.

Ketiga, kita disuruh mengulang kembali ikrar Tauhid Laa ilaaha illa Allah. Sebab dengan kita mengulang kembali komitmen fundamental ini, maka Allah akan memandang kita sebagai seorang mu’min yang memahami sepenuhnya ucapan dalam sholat kita yang berbunyi:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

”Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS Al-Fatihah ayat 4)

Saudaraku, marilah kita menghibur diri di kala sedih dengan jalan terbaik, yaitu mengikuti sunnah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Marilah kita biasakan membaca do’a yang Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ajarkan. Semoga dengan demikian Allah benar-benar akan mendatangkan ketenteraman bagi kita bersama. Selain itu, mudah-mudahan Allah akan memberi solusi terbaik saat kita menghadapi berbagai ujian kehidupan dunia yang fana ini.



Elok kiranya bila dalam rangka mengharapkan agar do’a kita lebih mungkin dikabulkan Allah, maka kita perbanyak membaca do’a pelipur lara ini ketika kita sedang dalam keadaan bersujud, khususnya ketika sujud terakhir dalam sholat-sholat sunnah kita. Sebab Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

“Sedekat-dekatnya hamba kepada Rabbnya ialah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah do’a.” (HR Muslim)


Sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/doa-orang-yang-menderita-kesedihan-mendalam.htm

Thursday, August 2, 2012

Beberapa aktivitas yang tidak membatalkan puasa termasuk mimpi Basah Sehabis Sahur, Batal Nggak Sih Puasanya?


Apabila kita sedang berpuasa, melakukan sesuatu yang membatalkan puasa tanpa kesadaran atau tanpa kesesengajaan, misalnya makan atau minum, maka puasanya tidak batal karena dilakukan tanpa kesengajaan atau tanpa kesadaran.
Mimpi basah terjadi tanpa niat dan tanpa kesengajaan orang yang mengalaminya. Mimpi basah terjadi karena proses biologis ketika kapasitas sperma sudah melewati ambang batas, maka sperma itu keluar lewat mimpi, yang kemudian disebut mimpi basah.
Karena mimpi basah itu terjadi di luar kesengajaan atau kesadaran kita, maka hukumnya sama seperti kita makan atau minum tanpa sengaja. Oleh karena itu, puasanya tetap sah dan harus dilanjutkan hingga magrib.
Ada beberapa aktivitas yang mungkin oleh sebagian orang dinilai dapat membatalkan puasa, termasuk mimpi basah. Padahal jika merujuk pada keterangan-keterangan yang sahih dari Nabi Muhammad SAW ternyata hal tersebut tidaklah membatalkan puasa. Apa sajakah itu?

- Gosok gigi
Islam memerintahkan kita menjaga kebersihan, salah satunya dengan menjaga kebersihan gigi. Karena itu menggosok gigi tetap dianjurkan walau sedang berpuasa. Hal ini mengacu ke hadis, Amir bin Rabi'ah R.A. mengatakan, "Aku melihat Rasulullah SAW menggosok gigi padahal beliau sedang puasa" (H.R. Ahmad dan Bukhari).

- Muntah & mimpi basah
Orang yang muntah dan mimpi basah puasanya tidak batal karena itu di luar kemampuan dirinya. Sebagaimana hadits, "Tidak batal orang yang muntah, yang mimpi hubungan seks, dan berbekam (diambil darah)." (H.R. Abu Daud).

- Mencium istri
Istri Rasulullah SAW. Ummu Salamah r.a. mengatakan, "Nabi Muhammad SAW menciumku padahal beliau sedang puasa" (H.R. Tirmidzi).
Diriwayatkan dari Aisyah R.A., "Nabi Muhammad SAW memeluk dan mencium (istrinya) ketika sedang berpuasa, dan beliau lebih mampu menahan diri dari siapa pun di antara kalian" (H.R. Bukhari).

- Diambil darah
Diambil darah saat puasa untuk keperluan laboratorium atau sebagai donor darah tidak membatalkan puasa kecuali jika dengan donor tubuh menjadi lemah (drop), diperbolehkan untuk berbuka. Hal ini mengacu pada hadis, "Nabi Muhammad SAW berbekam (diambil darah) ketika beliau puasa" (H.R. Bukhari).

- Mandi siang hari
Mandi di siang hari tidak membatalkan puasa sebagaimana keterangan seorang sahabat berikut, "Aku melihat Rasulullah SAW menuangkan air di kepalanya ketika puasa karena cuaca panas" (H.R. Ahmad).

- Berkumur-kumur
Umar R.A. berkata, "Suatu hari aku merasa gembira kemudian aku mencium [istriku] padahal aku sedang puasa. Lalu aku mendatangi Nabi Muhammad SAW kataku, 'Hari ini saya melakukan kesalahan besar, saya mencium istri padahal sedang puasa,' Rasulullah SAW bersabda, 'Apa pendapatmu jika kamu berkumur dengan air, padahal engkau puasa?' Aku menjawab,'Tidak apa-apa,' Nabi bersabda, 'Lalu mengapa?'" (H.R. Ahmad dan Abu Daud)
(tribunnews)

Wednesday, August 1, 2012

Enam Amalan Utama Selama Ramadan

 



 
 SALAH satu hal penting yang perlu kita pahami adalah mengisi waktu di Ramadan penuh berkah ini, sehingga tidak berlalu sia-sia tanpa makna. Untuk itu kita isi bulan yang penuh maghfirah ini dengan amalan-amalan yang berharga.
Setidaknya ada enam amalan utama yang kita maksimalkan selama Ramadan. 

Pertama, membaca Alquran. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, sebagaimana hadis dengan kualitas `hadis hasan dan sahih' yang diriwayatkan Ibnu Masud: Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan Alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. (HR At-Tirmizi).
Alquran diturunkan pada Ramadan. Maka tak heran jika Rasulullah lebih sering dan lebih banyak membaca Alquran pada Ramadan dibanding bulan ain.
Amalan utama kedua adalah memperbanyak sedekah. Islam adalah agama yang mengajak dan menganjurkan orang untuk suka memberi, berbuat kebaiakan, dan mengamalkan kebajikan.
Allah SWT berfirman dalam surah Albaqarah, "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui (QS 2:261)."
Sebuah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya sedekah itu memadamkan kemurkaan Allah dan menolak kejelekan (HR At-Tirmizi)."
Dalam hadis lain disebutkan, "Rasullulah SAW adalah orang yang paling dermawan (pemurah) dan kedermawanannya itu sangat menonjol pada bulan Ramadan. Ketika malaikat jibril menerimanya di setiap malam selama Ramadan, maka ia mengajaknya untuk men-tadabburi Alquran. Sungguh Rasulullah ketika ditemui malaikat jibril lebih dermawan daripada angin yang berembus. (HR Bukhari dan Muslim)."
Amalan utama ketiga adalah memberi buka kepada orang yang berpuasa. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang memberi makan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala orang yang berpuasa, sebagaimana orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikit pun pahala dari orang yang berpuasa (HR Ahmad dan An-Nasa'i)."
Keempat adalah melaksanakan qiyamul lail. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang menjalankan qiyamu Ramadan karena beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa-dosanya (yang kecil) yang telah lalu akan diampuni." (HR Bukhari).
Amalan utama kelima adalah melaksanakan ibadah umrah. Rasulullah SAW bersabda, "Umrah pada Ramadan sama dengan haji. Atau dikatakan, `Haji bersamaku'." (HR Bukhari-Muslim).
Amalan utama keenam yaitu mencari Lalaitul Qadr. Malam Lailatul Qadr adalah malam ganjil pada sepuluh malam terakhir Ramadan. Bilangan malam tersebut adalah saat-saat dimana kita menuggu kedatangan Laitul Qadr. Maka gapailah salah satu malam di Ramadan yang lebih baik dari malam seribu bulan.


sumber : koran fb